SEMARANG, MEDIAINI.COM – Peminat mobil antik masih tinggi, maka bisnis bengkel mobil klasik pun masih dicari. Salah satunya yang cukup banyak yaitu mobil volkswagen klasik. Pasalnya, mobil seperti model Kodok dan Kombi secara resmi memang sudah tidak diproduksi lagi oleh produsen asal Jerman.
Mobil klasik identik dengan perawatan yang sulit karena masih menggunakan teknologi yang lama serta ketersediaan suku cadang yang langka. Namun masih ada bengkel-bengkel yang setia melayani perawatan mobil ini. Salah satu bengkel yang menghidupkan kembali mobil-mobil tua ini adalah Yumos Garage, berlokasi di Mangungharjo, Tembalang, Kota Semarang.
Bisnis Bengkel Mobil Berawal dari Hobi
Awalnya, bengkel mobil klasik ini telah berdiri sejak 1996. Namun, setelah tahun 1998, fokusnya hanya kepada mobil-mobil keluaran Volkswagen (VW) lansiran lawas atau tua karena. Menyoal kualitasnya, bengkel milik Wahyu Pamungkas atau yang lebih dikenal Yudhi, tidak perlu diragukan lagi. Banyak pencinta mobil VW yang begitu terpesona dengan hasil karya Yumos Garage, karena restorasinya begitu detail dan sempurna seperti aslinya.
Bahkan, kepiawaian yang dimiliki oleh Yudhi itu, telah diakui oleh lembaga sertifikasi Jerman, Handwerkskammer Munchen. Sertifikasi tersebut sebagai bentuk pengakuan akan keahliannya dari sebuah asosiasi pertukangan yang ada di Munchen, Jerman dalam memperbaiki mobil VW yang dulunya rusak parah hingga layak dikendarai kembali.
Dalam kesempatan wawancara di beberapa media Yudhi mengungkapkan jika jasanya pernah dipakai beberapa negara. Seperti, Jerman, Perancis, Swedia, Jepang, Singapura, hingga Amerika Serikat. Bahkan, ada beberapa negara tersebut, yang sampai melakukan repeat order.
Peluang Bisnis Mobil Klasik Jenis VW
VW Kodok atau Volkswagen Beetle adalah mobil unik yang diproduksi awal pada tahun 1938 dan diinisiasi langsung oleh Adolf Hitler. Lantaran nilai historis dan juga kehandalannya, mobil ini selalu diincar kolektor. Tercatat, beberapa replika Porsche klasik legendaris pernah bengkel ini ciptakan: Porsche 356a, 356b, 356c, 356b Abarth Carrera GT, hingga yang terlangka yaitu 64 Berlin-Rome.
Mengenai proses restorasi mobil-mobil klasik ini, bisa dikatakan cukup lama, sekitar 11 bulan. Terlebih, jika yang dipesan tidak ada contoh aslinya. Apalagi, seluruh bagiannya digarap secara manual atau menggunakan tenaga manusia.
Berdasarkan penelusuran Mediaini, belum diketahui pasti berapa besaran biaya untuk restorasi sebuah VW. Karena, harga untuk setiap mobil replika buatannya bervariasi tergantung dengan jenis, tipe dan kelangkaannya hingga banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi. Makin banyak komponen yang digunakan baik pada mesin maupun bagian bodi. Makin tinggi harganya
Ini juga disesuaikan dengan proses-proses restorasi yang ditargetkan Yudhi untuk dapat serapih mungkin serta mendekati bentuk asli bawaan pabriknya.
Perkiraan Biaya Perbaikan Mobil Klasik Hingga Rp 800 Juta
Namun, sebagai gambaran, untuk melakukan modifikasi VW Dakota maupun juga Porsche 356, Yudhi membanderol harga antara Rp 600 juta sampai dengan Rp 800 juta. Dan khusus untuk pengiriman ke luar negeri seperti ke Eropa biayanya mencapai Rp 35 juta sampai Rp 40 juta.
Sedangkan, replika Porsche 64 Berlin Rome 1939 yang terkenal langka. Menurut sejarah mobil itu hanya diproduksi tiga unit di dunia dan tidak berlanjut akibat meletusnya Perang Dunia II dan saat ini hanya ada satu unit mobil yang tersisa.
Sesuai dengan pesanan yang datang dari warga Jerman ini, membuat Yumos Garage pun membutuhkan waktu 1,5 tahun, agar mobil replika yang digarapnya sama persis dengan kendaraan aslinya, mulai dari mesin hingga onderdilnya. Untuk harga jual kendaraan ini, dibanderol dengan harga lebih dari Rp 1 miliar.
Sebagai tambahan, hasil pembuatan replika ini sepenuhnya dari Yumos Garage. Mulai dari bodi, mesin, rangka, sampai dengan surat-suratnya. Sehingga, pemesan seperti membeli mobil baru, yaitu tinggal menerima unit jadi yang siap dikendarai.
Jadi, tertarik untuk merestorasi mobil-mobil klasik? Jangan lupa siapkan budget yang cukup ya. Supaya hasil restorasinya bisa maksimal. (Arlin Laras)
Sumber Gambar : ilustrasi Pexels
Discussion about this post