MEDIAINI.COM – Kunci menjadi pengusaha adalah pintar melihat peluang. Ketika hal itu sudah dimiliki, dipadukan dengan ide dan kreativitas, limbah sisa produksi pun bisa diubah menjadi produk yang diburu konsumen. Sebagai contohnya adalah limbah goni yang dijadikan tas. Bahkan tas goni itu sekarang jadi populer dikalangan pecinta fashion. Modelnya unik dan sangat mendukung penampilan jadi keren.
Meraup Untung Dari Usaha Tas Goni
Cerita tentang mereka yang sukses dengan usaha dari limbah bukan cerita fiksi untuk substansi motivasi semata. Kesuksesan mereka nyata adanya, seperti yang dialami oleh para pelaku usaha di bawah ini:
Ahmad Fajri – Rumah Karung Goni
Ahmad Fajri yang berdomisili di Jakarta ini memulai usaha produk dari karung goni sejak tahun 2014. Kata dia, modal utama bisnis ini adalah ide kreatif. Lalu untuk menunjang pengembangan usaha Rumah Karung Goni, modal materi yang harus dikeluarkan Fajri sebesar Rp 15 juta.
Sejauh ini, Fajri menjual tas sesuai pesanan dan borongan dengan minimal order 36 buah. Fajri juga menjual kain goni. Di awal usaha dia memang hanya melayani produksi dua jenis tas saja. Namun, saat ini dia sudah mampu memproduksi 10 model tas dengan harga sekitar Rp 35 ribu.
Fajri melakukan promosi produk melalui online. Dia memanfaatkan Instagram dan marketplace untuk menjaring konsumen. Omzetnya pun tidak main-main. Dalam sebulan, Fajri pernah menghasilkan omzet hingga Rp 100 juta.
Baca juga: 6 Brand Tas Goni yang Mudah Dicari Lewat Instagram
Diaz Ajeng Utami – Littlefingers
Cerita selanjutnya datang dari seorang mantan guru seni bernama Diaz Ajeng Utami. Dengan bermodalkan Rp 750 ribu Ajeng membeli perlengkapan jahit beserta bahannya. Ada pun untuk mesin jahit dia menggunakan milik ibunya. Memulai semuanya dari nol, dia pun belajar hingga kini setiap bulan mampu memproduksi 20 tas goni. Karyanya itu diberi nama brand Littlefingers.
Harga tas goni buatannya dibanderol mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 200 ribu. Pemasaran produknya sudah sangat luas. Ajeng mampu melebarkan pasarnya hingga negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.
Fatmalia Yulinda
Di kediamannya Kota Madiun, Fatmalia Yulinda dan suami menyulap sampah kain goni menjadi taplak, aneka suvenir, tas, dan dompet cantik yang bernilai ekonomi. Mengikuti perkembangan zaman, pasangan suami istri ini juga memproduksi handycraft dari bahan kain goni bekas.
Modal yang dikeluarkan tidaklah banyak. Untuk membeli kain goni bekas, Fatma hanya mengeluarkan Rp 10 ribu setiap lembarnya. Selanjutnya, karung goni direbus lalu dicuci hingga bersih. Untuk dompet kecil dijual Rp 35 ribu. Lalu untuk tas Rp 250 ribu per item.
Saat ini, jangkauan pasar Fatma sudah cukup luas. Produknya sudah terjual di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Dia melakukan promosi melalui Instagram. Fatma pun mampu menghasilkan omset Rp 4 hingga 5 juta setiap bulannya.
Atin Soelistyono
Pemuda asal Kediri ini membuat miniatur, tempat surat, tempat tisu, tas pinggang, lapisan pot bunga, tempat korek, tempat pulpen serta aneka hiasan dinding dari karung goni. Untuk modalnya tidaklah besar. Sulis hanya mengeluarkan uang antara Rp 5-15 ribu untuk membeli kain goni bekas.
Hasil produksi Sulis biasanya mengambil tema-tema etnik dan budaya. Contoh adalah tas yang ditambah dengan gambar-gambar bernuansa seni budaya. Untuk harganya dibanderol mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 150 ribu.
Saat ini Sulis sudah bisa menjual produknya hingga ke berbagai daerah di Indonesia. Untuk pemasaran sejauh ini dia hanya memanfaatkan platform online.
Pastikan Produknya Unik
Dalam merintis bisnis dari limbah ini kuncinya adalah unik. Daya tarik karung goni adalah unik sehingga beda dari produk lainnya. Pastikan hal itu ada dalam produk kreasi Anda, agar mampu membuat pasar tertarik. Produksi juga barang sesuai permintaan dan minat pasar.
Sebaiknya Anda juga melakukan penentuan target market. Dengan begitu, Anda pun akan lebih mudah dalam menyusun rencana bisnis sehingga bisa menyesuaikan dengan kemampuan perekonomian calon konsumen. (Tri Puspitasari)
Sumber Foto Ilustrasi: Pixabay
Discussion about this post