MEDIAINI.COM– Makanan khas dalam perayaan Cap Go Meh adalah lontongnya. Lontong Cap Go Meh selain rasanya yummy, juga punya nilai sejarah yang tinggi. Makanan itu ada sejak kepemimpinan Laksamana Zheng He saat pertama kali datang ke Indonesia lewat wilayah Semarang, Jawa Tengah.
Asal-Usul Lontong Cap Go Meh
Lontong Cap Go Meh merupakan makanan adaptasi peranakan Tionghoa Indonesia, khsususnya Jawa. Ketika Laksamana Zheng He tiba di Jawa pada abad ke-14, dia mengadakan perlombaan untuk merayakan Cap Go Meh ini dengan mengadakan sayembara membuat sup terbaik.
Berita tentang sayembara itu tersebar. Seorang kepala desa setempat yang disebut Datuk itu mengikuti kompetisi tersebut meski waktunya sangat mendesak. Datuk memasak sup menggunakan bahan-bahan yang tersedia di dekatnya saat itu. Namun, ketika pengumuman hampir berakhir, dan Laksamana Zheng He telah mencicipi seluruh sup yang dibuat peserta, tiba-tiba Datuk datang dan menanyakan rasa sup buatannya. Laksamana Zheng He meminta pasukannya mendaftarkan masakan Datuk sebagai “Luang Tang Shiwu Ming”.
Namun dalam dialek Hokkian, para pasukan justru meneriakkan “Laung Dang Cap Go Mia” dengan lantang. Tak disangka, justru Laksamana Zheng He dan Datuk malah memberi nama sup tersebut dengan lontong Cap Go Meh karena masakan tersebut mengandung lontong. Akhirnya sup Datuk lah yang menjadi pemenangnya.
Baca juga: Tempat Makan Lontong Cap Go Meh Legendaris di Semarang
Kuliner Akulturasi Budaya yang Mengalami Penyesuaian
Menu masakan tersebut adalah lontong, sambal goreng ati, koya, acar, sambal terasi, opor ayam, sayur lodeh, telur, pindang dan juga kerupuk udang. Maka tak heran jika makanan ini disajikan dalam perayaan tahun baru Imlek di sebagian besar kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Jika sajian aslinya memakai kuah daging babi, karena mayoritas warga lokal adalah muslim, maka diganti dengan kuah opor ayam. Bahkan Lontong Cap Go Meh juga disajikan di beberapa restoran mewah.
Di Solo, sajian ini disajikan tanpa menggunakan tambahan opor, namun lengkap dengan sayur pepaya muda, rebung, telur, suwiran daging ayam, dan juga sambal goreng ati. Sedangkan di Semarang dilengkapi dengan sate abing atau opor merah tanpa kunyit.
Fakta Unik Lontong Cap Go Meh
Sajian ini selain punya cita rasa khas juga memiliki fakta-fakta unik dan menarik. Lontongnya dibungkus memanjang yang dipercaya sebagai simbol usia yang panjang. Lalu telur yang digunakan sebagai pelengkap, juga dianggap memiliki simbol keberuntungan.
Kaldu santan dan kunyit lambang emas yang dianggap sebagai simbol kemakmuran. Hidangan ini disebut sebagai hidangan hari ke-15 karena masakan yang dimasak Datuk ini saat itu berada di urutan ke-15. Menyantap Lontong Cap Go Meh dalam budaya Tionghoa seperti memohon doa untuk rezeki yang berlimpah. Penyajiannya pun harus satu piring penuh. (Gusti Bintang K.)
Sumber Foto Ilustrasi: tangkapan layar akun YouTube Yongki Gunawan
Discussion about this post