MEDIAINI.COM – Ecobrick atau ecoladrillo adalah botol plastik yang berisi limbah non-biological yang dipadatkan, untuk membuat blok bangunan yang bisa digunakan lagi. Dalam kata lain, ecobrick adalah bata ramah lingkungan. Ia bisa digunakan jadi alternatif bata konvensional.
Ecobrick ini adalah teknologi berbasis kolaborasi yang menyediakan solusi limbah padat tanpa biaya yang telah berkembang di penjuru dunia. Gampangnya, ecobrick merupakan cara lain untuk utilisasi sampah plastik, selain mengirim ke landfill atau tempat pembuangan akhir. Maka, limbah plastik bisa dimanfaatkan dan tidak mencemari lingkungan.
Selain sebagai alternatif bata, ecobrick juga bisa digunakan untuk membuat furniture modular, ruang kebun, ruang hijau, dinding struktur, perabotan indoor dan bangunan. Jika tidak memiliki banyak waktu untuk mengolah limbah plastik, Anda bisa mengirimnya ke bank sampah yang menerima ecobrick dan dapat ditukar dengan uang. Jadi lebih mudah bukan?
Fakta Menarik Tentang Ecobrick
Mencegah Plastik Berakhir di Landfill
Plastik sangat berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Namun jika plastik terus diproduksi lalu dibuang, yang ada hanya akan menumpuk sampah. Semakin hari landfill akan semakin penuh sehingga butuh tempat yang lebih luas. Jadi perlu pengolahan yang lebih bijak agar hal tersebut tidak terjadi.
Baca juga: Inovasi Produk Ecobrick, Bisa Dibuat Rumah Hingga Dekorasi Pelaminan
Material Bangunan Yang Awet, Kuat, dan Tahan Air
Selain awet, kuat dan tahan air, ada juga yang mengatakan jika material ini tahan peluru. Dengan menggunakan ecobrick maka kita telah ikut membantu menjaga lingkungan.
Ekonomis dan Mudah Dibuat
Untuk membuat ecobrick Anda hanya perlu sampah plastik, botol plastik, dan stik yang terbuat dari kayu atau sumpit. Isi botol dengan plastik, lalu padatkan hingga tidak kempes dan tidak berbunyi saat ditekan, kemudian tutup rapat botol. Lebih ekonomis kan?
Telah Dimanfaatkan oleh Komunitas Lingkungan
Banyak komunitas lingkungan yang mulai mengadopsi limbah plastik kemudian mengolahnya menjadi ecobrick. Mereka juga berhasil membangun fasilitas umum seperti bangku taman, sekolah, dan lain-lain dengan bata ramah lingkungan.
Ditemukan di Filipina
Rusel Maier adalah seorang seniman asal kanada yang tinggal di Indonesia untuk menyelesaikan proyek ecobrick. Ia menemukan ecobrick pertama di desa yang terletak di lembah Sagada, Filipina.
Siapa Saja Para Pegiat Ecobrick?
Eco Lombok Craft
Siti Aisyah merupakan pencetus gerakan pengrajin sampah plastik asal Kota Mataram. Aisyah mengajak perempuan di kampungnya untuk mengolah limbah plastik ini, termasuk perempuan dengan disabilitas. Zohriah adalah seorang tuna netra. Meski begitu, dia dapat mengenali bentuk, komposisi gambar, garis, dan tulisan dalam bungkus plastik. Zohriah bertugas untuk melipat bungkus kopi.
Pada akhirnya, limbah plastik tersebut bisa jadi karya seni yang bisa digunakan seperti tas pinggang, dompet, tas punggung, bahkan sepatu, dan aneka karya lainnya. Barang-barang dari sampah plastik ini dibanderol mulai Rp 150 ribu hingga Rp 500 ribu.
Uniknya, produk kerajinan ecobrick ini diberi nama Eco Lombok Craft dan telah dikirim hingga pasar mancanegara seperti Belanda, Jepang, Jamaika, dan Australia. Aisyah pun turut diundang khusus ke Darwin, Australia untuk melatih orang Aborigin mengolah sampah jadi produk bernilai seni.
Kampung Berseri Astra (KBA) Talagasari
Sukmawati adalah warga Kampung Berseri Astra (KBA) Talagasari, Kecamatan Balaraja, Tangerang, Banten. Dia rutin mengunjungi bank sampah untuk mengurangi sampah plastik sekali pakai. Tak hanya Sukmawati, sebanyak 136 Kepala Keluarga di KBA Talagasari ini mampu mengurangi sampah plastik rata-rata 844 kg per bulannya.
Produk kerajinan yang telah dibuat tersebut lalu dijual ke teman-teman dan juga media sosial. Produk kerajinan tersebut dibanderol mulai Rp 50 ribu hingga Rp150 ribu. Sampah plastik pun kini berubah jadi tabungan senilai belasan juta rupiah.
Komunitas Makassar Ecobrick
Indrawati Abdi adalah founder Komunitas Makassar Ecobrick dan telah terdata sebagai ahli bangunan tanah di Global Ecobrick Alliance (GEA) di Kota Makassar. Selain itu, Indrawati adalah praktisi lingkungan Kota Daeng yang ingin menghijaukan bumi kembali dari sampah plastik. Dia juga mendukung kampanye #TolakPlastikSekaliPakai lantaran pesona dari Pantai Losari Makassar sering dirusak pemandangan sampah plastik yang berserakan.(Gusti Bintang K.)
Sumber Foto Ilustrasi: Dok.pri
Discussion about this post