MEDIAINI.COM – Sampai sekarang, camilan asal Palembang bernama pempek masih difavoritkan banyak orang. Di sepanjang jalan tidak jarang dijumpai warung pempek berjejeran. Bahkan pempek juga dijual di sekolahan, area perkantoran, tempat umum, dan lain sebagainya. Rasanya yang merupakan perpaduan antara gurih, asam, dan pedas ini memang menjadikan orang tidak mudah bosan.
Memulai Bisnis Pempek
Difavoritkan banyak orang, pempek menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. Anda bisa membuat pempek sendiri di rumah dan mulai dipasarkan. Untuk memulainya tentu harus memahami cara pembuatannya. Akan lebih baik jika memiliki resep khusus agar rasanya lebih lezat dan memiliki ciri khas.
Untuk cara pemasarannya sekarang lebih mudah karena konsumen punya keleluasaan mengakses internet. Jadi, produknya bisa dijual secara online dengan sistem pre order. Cara kedua adalah memasarkan pempek secara offline. Cara ini membuat Anda harus memiliki tempat untuk berjualan. Jika bisa menjalin kerja sama dengan pihak ketiga, Anda bisa menjadi penyuplai tetap warung-warung pempek.
Ada pun harga pempek dibanderol sekitar Rp 6-10 ribu per porsi. Harga bisa lebih mahal ukurannya dibuat lebih besar. Jika respon pasar cukup baik, modal bisa kembali lebih cepat. Untuk memulai bisnis ini, tidak perlu mengeluarkan banyak modal. Cukup sediakan biaya untuk membeli bahan baku yang kisarannya Rp 3,2 juta.
Dengan modal tersebut Rp 2 juta dialokasikan untuk membeli gerobak, kemudian Rp 500 ribu dialokasikan untuk peralatan masak, bahan baku membutuhkan sekitar Rp 500 ribu, dan biaya lain-lainnya adalah Rp 200 ribu. Asumsikan satu porsi pempek harganya Rp 8 ribu, jika dalam sehari bisa menjual 30 porsi, keuntungan bersih yang didapatkan adalah Rp 90 ribu.
Baca juga: 5 Restoran Pempek di Palembang yang Wajib Dikunjungi
Pelaku Usaha yang Sukses Berbisnis Pempek
Pebisnis sukses di bidang pempek ini tentu sudah banyak. Salah seorang di antaranya adalah Sinta dengan pempek MpekMoy.
Usaha tersebut dirintis pada 2012. Sinta memulainya dengan berjualan di pinggir jalan. Biaya sewanya Rp 750 ribu seumur hidup. Karena disambut baik oleh pasar, selama 4 bulan dia berhasil meraih omzet Rp 300-400 ribu/hari.
Jatuh bangun dalam berbisnis sudah dia rasakan. Saat omzet sudah lumayan dan banyak pelanggan, lapaknya justru digeser oleh preman. Lambat laun dia memberanikan diri untuk menjajakan produknya di mal. Lalu sekitar tahun 2013-2014, atas bantuan modal dari suami, usahanaya semakin berkembang. Sinta juga membuka lapak di mal lain. Omzet dalam sebulan mencapai Rp 70-80 juta. Saat kondisi ramai, omzetnya mencapai angka Rp 100 juta. (Tri Puspitasari).
Discussion about this post