MEDIAINI.COM – Beberapa waktu lalu sosok dari Desa Ponggok, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, tiba-tiba viral. Mbah Lasiyo Syaifudin atau yang kini tenar disapa profesor pisang, mendadak booming berkat ketekunannya membudidayakan tanaman pisang.
Mbah Lasiyo bertahun-tahun bergelut menyelamatkan spesies pisang lokal yang ia tanam di desanya. Imbasnya? Selain tanaman pisang tumbuh subur, ia juga ikut menyejahterakan warga desanya.
Kini di Desa Ponggok, setiap pekarangan rumah rata-rata memiliki 100 pohon pisang. Desa yang berjarak 3 kilometer dari pantai selatan Jawa, yang dulu terkenal panas dan gersang, kini terlihat teduh dan semilir. Hutan pohon pisang, menyeruak di antara rumah-rumah pedesaan yang sederhana.
Berangkat dari Tragedi Bantul
Masih ingat gempa yang meluluhlantakkan Bantul di 2006? Ternyata itulah yang menginspirasi Mbah Lasiyo. Ia melihat banyak rumah roboh di desanya, banyak pula warga yang lantas kehilangan pekerjaan. Laki-laki yang kini berusia 61 tahun itu, dulu hanya berpikir, apa yang bisa dikerjakan untuk membantu desanya hidup kembali.
Setelah mempertimbangkan banyak hal, Mbah Lasiyo menjatuhkan pilihan untuk budidaya pisang. Hal ini lantaran pohon pisang gampang ditanam dan memiliki masa panen yang tak lama.
Dengan proposal seadanya, Mbah Lasiyo pun mengajukan bantuan dana bibit ke kelurahan. Dan segeralah, ia memasyarakatkan pisang ke warga desa. Bibit yang ia bawa tak banyak. Ia hanya menyuguhkan pisang pulut, pisang ambon, pisang kepok, pisang klutuk, pisang raja, pisang uter dan pisang byok.
Gayung bersambut, warga langsung antusias menanam bibit pisang di pekarangan masing-masing. Sebagai wadah tukar informasi dan sharing, Mbah Lasiyo membentuk kelompok tani Puspita Hati.
Menciptakan Obat Hama Sendiri
Musuh budidaya tanaman adalah hama. Di sini, tangan terampil Mbah Lasiyo bermain. Demi mengantisipasi hama pisang di desanya, ia tak mau boros membeli obat ke toko bahan pertanian. Ia justru meramu sendiri bawang merah dan kucai, yang ternyata sangat efektif menyelamatkan pisang dari serbuan hama.
Keterampilan Mbah Lasiyo ini bukan hasil googling di dunia daring atau membaca buku-buku pertanian. Ia melakukan eksperimen sendiri, yang ia ujicobakan ke berbagai tanaman terlebih dahulu. Obat hama ini, lantas ia bagikan ke warga.
Setelah pohon pisang di desanya tumbuh subur, Mbah Lasiyo kembali mendatangkan bibit pisang varietas lain. Seperti raja bagus, raja sere, kepok kuning, ambon kuning, raja pulut, kojo dan masih banyak lagi. Sengaja, varietas pisang lokal Indonesia adalah yang dibudidayakan, dengan tujuan untuk menjaga varietas tersebut dari kepunahan.
Nilai Jual Tinggi
Menurut pengamatan Mediaini.com, kini hampir sebagian besar warga Desa Ponggok menggantungkan hidupnya di jejeran pohon pisang. Yang menjadi primadona warga, adalah pisang raja yang memilliki nilai jual cukup tinggi. Satu tandan pisang yang mulus dan bagus, dihargai Rp300 ribu hingga Rp500 ribu.
Tak hanya puas dalam menanam pisang, Mbah Lasiyo juga memanfaatkan bonggol pisang menjadi kerupuk. Namun hingga saat ini, baru enam warga desa yang tertarik untuk ikut mengolah dan memasarkan kerupuk bonggol pisang.
Apa yang sudah dilakukan Mbah Lasiyo, menginspirasi banyak orang. Peneliti asing dari Belanda, Jepang, Afganistan, Italia dan Australia, berdatangan silih berganti menimba ilmu dari sang profesor pisang.
Mbah Lasiyo bahkan diundang menghadiri konferensi para peneliti dari 70 negara di Italia pada September lalu. Temuan-temuan non ilmiahnya dalam budidaya pisang, dianggap jenius dan luar biasa.
Iklim Cerah Budidaya Pisang
Di luar kesuksesan Mbah Lasiyo, bisnis budidaya pisang memang bisnis yang menjanjikan. Pertama, karena pisang gampang ditanam meski di lahan sempit sekalipun seperti di pekarangan rumah.
Kedua, daging buah pisang bisa diolah menjadi beragam jenis pangan menyehatkan. Ia bisa diolah menjadi cake, puding, es krim, keripik, gethuk dan masih banyak lagi. Sedangkan daunnya, bisa dimanfaatkan juga menjadi pembungkus sajian tradisional.
Baca juga : Pisang Goreng Madu Bu Nanik, Tersohor Hingga Negeri Tetangga
Modal dan Strategi Bisnis Bisnis
Untuk menanam pisang, pelaku bisnis membutuhkan peralatan seperti cangkul, timbangan, pompa air, gerobak dorong, sabit, keranjang panen, selang air juga gunting.
Jika sudah berbuah, pelaku bisnis bisa menghitung kemungkinan laba, yang dihitung per tandan. Dimana harga per tandan dimulai dari Rp20 ribu hingga Rp50 ribu. Buah pisang yang ada, bisa langsung dipasarkan ke pasar lokal, rumah makan atau supermarket modern.
Untuk menghemat biaya, minimalkan penggunaan obat-obatan kimia dan gunakan campuran alami seperti yang dilakukan Mbah Lasiyo. Ramuan Mbah Lasiyo yang berupa pestisida alami ada yang terbuat dari umbi temu ireng, temulawak, daun misoni, daun sambiloto, dan daun pepaya. Selain menyingkirkan hama, ramuan tersebut juga membuat pisang tumbuh subur.
Agar bisnis makin cerah, jangan malas untuk melakukan inovasi-inovasi, terlebih yang terkait dengan pemeliharaan tanaman pisang. (Inten Esty)
Baca juga : 7 Inspirasi Bisnis Olahan Pisang, Mana yang Paling Mudah Cetak Keuntungan?
Discussion about this post