MEDIAINI.COM – Bahan kulit atau leather adalah bahan craft kelas premium. Bahan kulit bisa disulap menjadi aneka bentuk kerajinan yang berdaya guna. Mulai dari tas, sandal, sabuk, dompet, juga sepatu.
Karena dibuat dari bahan mahal, hasil kerajinan kulit juga dilempar ke pasaran dalam kisaran harga yang biasanya tinggi. Namun hal itu, tak menyurutkan konsumen untuk terus membeli dan mengoleksi produk kulit.
Contoh Kisah Sukses Pelaku Bisnis
Berdasar pantauan Mediaini.com, ada banyak produsen kerajinan kulit yang sudah meraih sukses. Salah satunya adalah Sendy Deka Saputra, pemilik usaha Sendy Leather yang berdiri tahun 2011.
Meski awalnya minim pengetahuan soal kulit, namun Sendy nekad mendirikan lini usaha ini dengan modal awal sekitar Rp80 juta, yang ia investasikan langsung untuk membeli bahan baku dan biaya proses produksi.
Sendy memproduksi tas, sabuk, dompet juga jaket dalam kisaran harga mulai Rp300 ribu hingga Rp1,4 juta. Kini dalam sehari, paling tidak ia bisa menjual 10 buah tas wanita, produk yang memang paling diminati oleh pasar. Dalam sebulan, Sendy bisa mengumpulkan omzet hingga Rp315 juta.
Jalan yang dilalui Sendy tak selalu mulus. Pada awalnya, ia harus bekerja keras pergi pagi pulang malam, menyusuri pasar-pasar menawarkan produknya. Semua ia lakoni selama kurang lebih empat bulan lamanya. Ketika pasar sudah terbentuk, Sendy menggenjot promosi via media online seperti media sosial dan marketplace.
Baca juga : Domus Novem, Tas Kulit Premium Asal Bali yang Terus Diminati
Tips Terjun ke Bisnis Kerajinan Kulit
Karena pesaing banyak, maka pelaku bisnis harus paham seluk beluk bisnis ini agar tak tertipu dan tak buntung. Adalah Stephen Khrisna Lucas, pemilik produk kulit Voyej yang mau membagi tips.
Pertama, pelaku bisnis hendaknya selalu fokus dan cermat dalam memilih bahan utama kulit agar standarisasi produk selalu terjaga. Kemudian, cari jaringan terbaik untuk diajak bekerjasama. Baik jaringan penyuplai bahan baku maupun jaringan pemasaran.
Igna Jose Najoan, desainer tas, menyarankan agar pelaku bisnis produk kerajinan kulit untuk terus melakukan inovasi desain. Dan jangan lupa, agar desain yang ada juga selalu mengikuti tren yang sedang berkembang.
Untuk mengikuti tren ini, banyak cara yang bisa ditempuh. Salah satunya adalah dengan surfing di ranah daring. Gunakan kata kunci seperti “tas” atau “bag” dan amatilah desain-desain yang tengah banyak diburu masyarakat.
Masih menurut Igna Jose, ketika sudah menemukan desain yang tengah boooming, ada baiknya diberi sentuhan-sentuhan pembeda agar produk tak terlihat mirip dengan brand lain. Pembeda di sinilah yang nantinya akan menjadi selling point.
Tips Merambah Pasar Internasional
Ikhwan Ashadi, S.E., Ak., MM., MAk (c), CA, Konsultan Perizinan Ekspor Import dari PT BMG Consulting mengatakan bahwa peningkatan permintaan pasar dalam negeri terhadap produk kerajinan kulit mencapai 20-30 persen tiap tahunnya.
Di samping itu, pasar Eropa dan Amerika juga sangat terbuka akan produk olahan kulit ini, karena bahan kulit dianggap awet, lentur dan tahan lama. Dua hal ini, menjadi penanda bahwa peluang pasar dalam bisnis kerajinan kulit terbuka sangat lebar.
Untuk menembus pasar internasional atau ekspor, yang perlu dilakukan pertama kali adalah mengurus kelegalan usaha secara hukum. Karena ini adalah syarat utama UMKM bisa melakukan ekspansi ekspor. Karena mengolah bahan kulit, urus pula perizinan atau rekomendasi dari Dinas Pertanian atau Kehutanan dan juga Lingkungan Hidup. Serta izin usaha industri dari Departemen perdagangan.
Selanjutnya, untuk produk ekspor, pilihlah bahan kulit grade satu dan dua agar produk terlihat sangat berkualitas dan tak mengecewakan. Perhatikan pula kekuatan jahitan, standar warna, juga kerapian dalam pengemasan. (Inten Esty).
Discussion about this post