MEDIAINI.COM – Munculnya tren gaya hidup sehat, melahirkan banyak istilah baru yang bagi sebagian orang masih terasa asing. Beberapa istilah campur aduk, diartikan sama meski sebenarnya dua hal yang jauh berbeda. Misalnya, vegan dan vegetarian. Banyak yang masih mengartikan dua hal ini adalah sama, yaitu sebutan bagi mereka si pelahap sumber makan nabati. Padahal jika ditelaah, dua kata ini mengandung arti yang berbeda.
Vegan dan vegetarian memang sama-sama menghindari protein hewani. Tapi keduanya, memiliki pola dan konsep yang berbeda.
Beda Vegan dan Vegetarian
Vegetarian adalah gaya hidup yang fokusnya mengonsumi biji-bijian, kacang-kacangan, sayur mayur, buah juga jamur. Vegetarian anti akan protein hewani. Juga terkadang menolak mengonsumsi segala jenis bahan makanan yang merupakan produk sampingan dari hewan.
Vegetarian ada tiga. Yang pertama adalah vegetarian lacto ovo, yaitu vegetarian yang menolak semua protein hewani tapi masih mau mengonsumsi susu dan telur. Kemudian yang kedua adalah vegetarian lacto, yang mengindari daging hewan dan telur, namun masih mau mengonsumsi susu. Dan terakhir, ovo vegetarian, yang menghindari baik daging, susu dan telur.
Lantas vegan sendiri adalah gaya hidup yang semaksimal mungkin menghindari konsumsi hasil eksploitasi satwa. Dalam sehari-harinya, seorang vegan benar-benar menghindari daging, susu, telur juga bahan makanan hasil eksploitasi hewan lainnya seperti keju, gelatin, madu dan masih banyak lagi.
Yang banyak dianut sebagian besar masyarakat Indonesia adalah aliran vegetarian. Mereka memaksimalkan pola hidup ini terlebih dahulu, baru kemudian lama kelamaan akan bergulir juga menjadi seorang vegan. Yaitu totalitas tak mengonsumsi daging juga produk sampingan dari protein hewani.
Bisnis Vegetarian Makin Menggeliat
Pecinta gaya hidup vegan dan vegetarian memang makin banyak. Barometer dari hal ini adalah banyaknya antusias tiap kali ada festival vegan diselenggarakan. Seperti Vegan Festival yang digelar di Surabaya awal tahun ini. Festival yang lahir tahun 2012 ini awalnya hanya diikuti oleh 2 peserta saja. Di tahun ini, festival tersebut diikuti oleh 40 peserta.
Menurut pengamatan Mediaini.com, gaya hidup vegetarian dan vegan meningkat seiring dengan banyaknya kampanye soal peduli lingkungan dan peduli kesehatan tubuh.
Ketua Indonesia Vegetarian Society (IVS) Jawa Timur, Susanto, mengatakan bahwa di Jatim sendiri pebisnis lini kuliner vegetarian terus berkembang. Tak hanya di Surabaya, namun juga bertumbuhan di Jember, Banyuwangi, Kediri, Mojokerto, Malang dan beberapa kota kabupaten lainnya.
Inovasi Kuliner Menggunakan Protein Nabati
Meski menghindari segala jenis protein hewani, namun makanan ala vegetarian dan vegan bukan lantas identik dengan makanan yang kurang menarik untuk dilihat dan dicicipi.
Para pelaku bisnis kuliner nabati sudah melakukan banyak inovasi dan melahirkan menu-menu kekinian yang lebih sehat dan jauh dari eksploitasi hewan. Menu baru ini tak beda dengan menu-menu yang lazim kita temukan di kafe-kafe ternama. Bisa berupa burger, pizza, sandwich, atau malah rendang.
Burgreens, resto ini menciptakan menu berupa burger nabati yang menggoda lidah. Beef patty yang biasanya kental dengan aroma kaldu daging dan lelehan keju, diganti dengan bahan-bahan nabati seperti jamur, kacang-kacangan, dan bayam hijau. Rempah dari Italian spice tetap digunakan agar citarasa khas burger tidak tertinggal.
Kemudian ada pula yang menyulap rendang dan sate yang biasanya terbuat dari daging, menjadi rendang dan sate yang bebas protein hewani. Apa yang digunakan? Tentu saja jamur dan teman-temannya. Dengan syarat, bumbu rempah utama seperti sambal kacang dan rempah rendang tetap diaplikasikan agar rasa original tetap terjaga.
Peluang Bisnis dan Modal
Tingginya angka orang yang beralih ke pola hidup vegetarian membuat permintaan makanan ala vegetarian juga menjadi makin tinggi. Hal ini membuka peluang bisnis baru yang bisa ditekuni.
Karena kebanyakan vegetarian akan menemukan bosan jika hanya menyentuh sayuran dalam resep yang monoton ala rumahan. Mereka akhirnya bergantung kepada para pebisnis kuliner yang berani berinovasi di dalam resep.
Untuk terjun ke bisnis ini sebenarnya tak selalu membutuhkan modal besar. Mulai sajalah dalam skala rumahan, katering harian untuk para vegan dan vegetarian.
Modal utama adalah untuk membeli investasi peralatan dapur, mulai dari kompor, wajan dan lain-lain. Kemudian alokasikan juga biaya variabel, yaitu biaya untuk membeli sayur dan buah juga bumbu-bumbu.
Jika modal terbatas, Anda bisa menggunakan sistem pre order. Jadi uang hasil dari pembayaran konsumen adalah uang yang bisa dialokasikan untuk biaya variabel berbelanja bahan baku mentah.
Angka Sukses Bisnis Kuliner Vegetarian
Lini bisnis kuliner vegetarian memang semakin meningkat. Berdasar penelusuran Mediaini.com, di tahun 2018 tercatat ada 435 resto vegetarian di Indonesia. Hal ini jauh berbeda dengan tahun 2010, dimana resto vegetarian yang tercatat hanya sekitar 50 titik saja.
Geliat bisnis lini ini memang semakin berprospek cerah. Sebagai barometer sederhana saja, kini sangat mudah menemukan dapur vegetarian di ranah medsos atau marketplace. Dengan mengetik kata kunci “menu vegetarian” saja, Anda akan menemukan banyak brand di ranah Instagram.
Pemilik katering online vegan plantful.id, Novita Natalia Kusumawardani, mengatakan bahwa bisnis ini mulai marak di tahun 2017. Booming-nya vegetarian dan vegan, tak dipungkirinya berasal dari jasa media sosial.
Alexander Raymon, pemilik resto Siti Fang Fang Vegetarian, juga menyatakan hal yang sama. Bahwa media sosial berperan besar dalam membesarkan nama pebisnis kuliner vegetarian. Yang akhirnya membuat ia pun ikut terjun mendulang cuan dengan cara yang sama, yaitu menggenjot promosi besar-besaran via jalur online media sosial. (Inten Esty).
Discussion about this post