MEDIAINI.COM – Produk olahan susu merupakan prospek bisnis yang tak pernah mati. Rasanya yang cenderung plain membuat olahan susu bisa dimodifikasi menjadi berbagai produk lain. Mulai dari keju, es krim, mentega, dan yoghurt.
Yoghurt sendiri, merupakan minuman berbahan susu yang telah mengalami proses fermentasi dari bakteri. Minuman dengan cita rasa asam dan segar ini belakangan mulai marak di pasaran.
Selain karena baik untuk kesehatan, yoghurt juga mudah dibuat, bahkan dari rumah sekalipun. Peminatnya yang semakin tinggi, membuat yoghurt menjadi ladang cuan baru bagi yang ingin terjun di bisnis skala rumahan.
Pemasaran Online Lambungkan Yoghurt Kemasan
Berdasar penelusuran Mediaini.com, salah satu bisnis UKM yoghurt yang moncer di pasaran adalah My Healthy Yoghurt. Bisnis ini terbangun atas kerja sama Netty Herawati dan Kemas Ridwan yang terjalin sejak tahun 2010. Keduanya memiliki visi yang sama, yaitu menyajikan kudapan sehat dan murah bagi masyarakat.
Pada awalnya, bisnisnya berjalan dari metode titip dagang. Mereka menitipkan produk yoghurt di beberapa warung terdekat di kawasan Bojong, Menteng. Namun, mereka menyadari cara ini hanya bisa menggaet target pasar dalam skala kecil. Akhirnya, My Healthy Yoghurt hijrah ke metode pemasaran online. Mulai dari mengandalkan marketplace yang gratis hingga Facebook Ads dan Google Ads yang berbayar.
Tak dinyanya, sayap bisnisnya langsung melebar ke berbagai daerah, total kini ada 75 agen bisnisnya yang telah tersebar dari Sumatra hingga Jawa Timur.
Dari modal awal hanya Rp8 juta rupiah, kini omzetnya telah naik berkali-kali lipat. Dalam kurun waktu satu bulan, bisnisnya bisa mendatangkan cuan hingga Rp1,2 miliar.Setiap harinya ada sekitar 3.000 liter susu yang mesti dikebut untuk diubah menjadi yoghurt kemasan.
Memulai Yoghurt Kemasan dari Rumah
Yoghurt dipercaya bisa mengurangi kadar kolesterol dari makanan berlemak. Alhasil, minuman ini menjadi andalan masyarakat ketika sedang menjalani program diet. Pembuatan yoghurt sendiri cenderung mudah dilakukan. Kendati demikian, proses pembuatan mesti ada trial and error untuk mencapai rasa dan nutrisi terbaiknya.
Langkah pertama adalah memilih susu sapi segar, kemudian hangatkan susu dengan api kecil. Selama proses penghangatan, susu harus tetap diaduk. Nantinya, air akan menguap dan akan terbentuk gumpalan. Kemudian, biarkan susu hingga dingin. Setelahnya, tambahkan bibit yoghurt sebanyak 5 persen dari total bahan baku awal. Aduk hingga rata dan diamkan selama 24 jam di wadah tertutup.
Terakhir, usahakan suhu udara tetap berada di angka 40 derajat hingga 50 derajat. Saat sudah 24 jam, yoghurt sudah siap sedia. Untuk tambahan rasa, bisa ditambah aneka bahan campuran lain.
Sebelum yoghurt dijual, tak ada salahnya untuk memberikan tester yoghurt ke beberapa saudara dan teman. Jika mendapat respon baik maka resep tersebut bisa dipatenkan dan pelaku usaha bisa mulai berbisnis.
Memilah Lokasi
Di tahap awal memulai usaha, lokasi menjadi faktor penting dalam mendatangkan pelanggan. Lokasi yang memiliki traffic tinggi akan berpotensi mendatangkan pelanggan lebih banyak. Hal ini juga berpengaruh terhadap target market yang ingin dibidik.
Secara garis besar pangsa pasarnya terbagi menjadi dua, yakni pelajar dan keluarga. jika ingin membidik pelajar, maka lokasi yang cocok adalah di kawasan kampus, sekolah, dan tempat les atau kursus. Sedangkan jika ingin pangsa pasar keluarga, pusat perbelanjaan atau pusat rekreasi bisa menjadi lokasi yang cocok.
Selanjutnya, pangsa pasar yang dipilih juga akan memengaruhi harga jual produk. Seporsi yoghurt untuk kalangan pelajar bisa dijual dengan harga Rp8 ribu – Rp12 ribu saja. Sedangkan untuk pasar keluarga bisa dimulai dari harga Rp10 ribu – Rp15 ribu.
Kemudian, lakukan promosi secara masif. Promosi secara konvensional bisa dilakukan dengan cara membuat poster, pamflet, mengikuti bazar di sekolah atau pameran makanan tertentu. Sedangkan untuk pemasaran daring, media sosial dan marketplace bisa digunakan untuk menyasar kalangan milenial.
Namun, perlu diperhatikan bisnis yoghurt juga memiliki risiko tersendiri. Terutama soal ketahanan produk. Yoghurt yang tak terjual dalam waktu yang lama biasanya kualitasnya akan menurun meski sudah disimpan di lemari pendingin.
Datangkan Omzet Puluhan Juta
Dari data yang dikumpulkan Mediaini.com, banyak pengusaha rumahan yang sukses berbisnis yoghurt kemasan. Selain My Healthy Yoghurt, ada pula Yudi Wayan Roosdian.
Berawal dari sebuah praktikum semasa kuliah, ide bisnis segar muncul dan mengantarkan kesuksesan bagi Yudi. Ia yang waktu itu berkuliah di Institut Teknologi Bandung sedang sibuk mengutak-atik bakteri yoghurt. Iseng, ia lalu membuat yoghurt versinya sendiri untuk pertama kalinya.
Dari kejadian tersebut, selepas kuliah, tekadnya bulat untuk menjadi wirausaha yoghurt. Ia mendirikan Raja Yoghurt sejak tahun 2004. Di tahun pertamanya, ia bisa memproduksi 5-10 liter yoghurt per hari.
Bisa dibilang, bisnisnya cukup moncer di fase awal. Meskipun pada saat itu, usahanya masih skala rumahan. Lima tahun berselang, di tahun 2009 produksinya telah mencapai 100 liter per hari. Alhasil bisnis skala rumahannya jadi kewalahan.
Tetapi, alih-alih menaikan bisnisnya ke skala yang lebih besar, ia malah memilih membuka kelas belajar pembuatan yoghurt. Dari kelas-kelas tersebut, pesertanya mulai bekerja sama dengannya. Hal ini membuat kebutuhan yoghurt miliknya dengan mudah bisa terpenuhi.
Win-win solution ala Yudi ini tak hanya mensukseskan dirinya semata. Jika ditotal, peserta kelasnya telah membuka lapangan kerja baru bagi 1.000 hingga 2.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini omzetnya dari berjualan yoghurt dan bisnis kelasnya mencapai Rp50 hingga Rp100 juta sebulan. (Chelsea Venda)
Baca juga : 10 Rekomendasi Yoghurt yang Enak, Murah, dan Baik bagi Kesehatan
Discussion about this post