MEDIAINI.COM – Laju teknologi yang cepat melahirkan konsep gaya hidup yang serba efektif dan efisien. Konsep ini merangsek masuk ranah dapur pula. Jarang sekali kini, kaum urban yang mau berlama-lama meracik bumbu rempah. Mereka memilih berpaling pada aneka bumbu instan yang sudah jadi, yang membebaskan tangan mereka dari tugas mengupas dan mengulek bawang juga cabai.
Makanan instan siap saji jadi semakin banyak, demi menjawab kebutuhan banyak orang akan gaya hidup yang praktis, cepat, tidak membuang banyak waktu.
Bisnis Baru yang Serba Praktis
Setelah bumbu kemasan, lahir pula bisnis baru ayam ungkep berbumbu yang siap saji. Ayam ungkep sendiri adalah menu favorit banyak masyarakat Indonesia. Selepas diungkep, ayam tinggal masuk ke dalam minyak panas, dan jadilah ayam goreng yang gurih juga mantap.
Pebisnis melihat celah ini, akan kegemaran masyarakat Indonesia terhadap ayam ungkep, dan akan keinginan banyak orang hidup serba cepat dan praktis. Maka lahirlah gerai-gerai yang menyajikan ayam ungkep siap saji. Mulai dari ayam ungkep bumbu kuning atau ayam ungkep bumbu lengkuas.
Di gerai seperti ini, pembeli bisa memilih membeli ayam yang sudah digoreng, apa ayam ungkep setengah matang yang sudah berbumbu dan nantinya tinggal diolah dalam minyak panas. Pembeli juga bisa memilih untuk membeli satu ekor ayam utuh, separo ekor, atau per bagian seperti dada atau paha.
Bisnis kedua yang lahir, adalah ayam ungkep di dalam kemasan. Ayam ungkep di sini disimpan dalam plastik kedap udara agar awet.
Kesuksesan Bisnis Ayam Bumbu Kemasan
Berdasarkan penelusuran Mediaini.com, ada beberapa pengusaha yang sudah meraup sukses dengan terjun di bisnis ayam ungkep atau ayam bumbu kemasan ini.
Yang pertama adalah Ayam Daliwang Ungkep Presto milik Muhammad Aswar Samsu. Bersama istrinya, laki-laki yang berdomisili di Semarang ini menciptakan menu ayam dali. Laki-laki ini serius terjun ke bisnis ayam kemasan dan keluar dari pekerjaannya di bidang farmasi.
Sengaja ia menciptakan ayam ungkep di dalam kemasan dengan tujuan agar produknya bisa ditenteng kemana saja. Jadi yang rindu akan ayam goreng semarangan, bisa langsung membeli produknya dan menggorengnya sendiri di rumah.
Harganya dipatok Rp. 45.000 per bungkus dengan berat ayam pejantan rata-rata 800-900 gram. Varian bumbunya beragam, mulai dari ayam bakar, ayam presto lunak, juga ayam rica-rica. Pembeli ayam Daliawang ini datang dari berbagai kota, mulai Kudus, Cilacap, Jogja, Solo, Surabaya dan masih banyak lagi.
Ada pula bisnis ayam ungkep kemasan yang digawangi Dwi Widaryati. Di tahun 2011 lalu ia mengusung merek Ayam Sehati. Ide awalnya adalah berjualan keliling produk ayam tanpa msg. Bisnis melaju, Ayam Sehati pun membuka paket kemitraan. Baru empat tahun berjalan, Ayam Sehati sudah memiliki 30 mitra.
Ayam ungkep Ayam Sehati tersedia dalam berbagai racikan bumbu. Mulai ayam kampung kremes, pepes ayam, ayam organik kremes, dan lain-lain.
Cara Jitu Memulai Bisnis
Sebelum memulai bisnis, tentu saja Anda harus survey pasar. Kalangan mana yang akan dibidik, apakah membutuhkan lokasi strategis atau tidak, dan juga menentukan komposisi resep yang pas di lidah masyarakat. Jika Anda berjualan ayam kemasan, maka lokasi tak perlu di tempat yang traffic-nya padat. Gencarkan saja penjualan melalui online, juga masuk ke dalam market place.
Sedangkan untuk modal, Anda membutuhkan modal untuk menyiapkan peralatan dan menyiapkan kebutuhan harian. Untuk modal peralatan, sediakan sekitar 4 juta rupiah. Nilai ini untuk membeli mesin giling bumbu seharga Rp. 1.650.000, panci seharga Rp. 195.000, kompor dan gas Rp. 425.000, wajan dan spatula Rp. 155.000, pemarut kelapa Rp. 450.000, peralatan tambahan Rp. 300.000.
Sedangkan untuk biaya harian atau biaya variabel, ada ayam untuk 30 hari Rp. 7.500.000, bumbu ungkep untuk 30 hari Rp. 4.500.000, dan santan untuk 30 hari Rp. 4.800.000. Kemudian ada pula biaya tambahan lain seperti gas elpiji, biaya listrik dan biaya air sejumlah Rp. 4.550.000. Total biaya variabel dalam satu bulan adalah sekitar Rp. 21.350.000.
Strategi Promosi Offline
Selain menggencarkan promosi lewat online, Anda bisa pula mencari pasar lewat jalur offline. Seperti yang dilakukan Ayam Daliwang di Semarang, dimana si pemilik jemput bola ke perusahaan dan instansi-instansi di wilayah Semarang Kota.
Mereka memikat pasar dengan jalan memberi icip-icip sajian. Dengan memberi tester produk, maka pasar baru kemungkinan besar akan terbentuk. Dan pasar baru ini diharapkan akan mempromosikan secara sukerela ke relasi-relasinya ketika ia puas dengan produk yang ada (Inten Esty)
Discussion about this post