MEDIAINI.COM – Beberapa waktu yang lalu, film pendek berjudul Tilik mencuri perhatian khalayak ramai. Film yang dirilis tepat 17 Agustus lalu ini langsung ramai dibicarakan publik. Film ini memiliki alur yang begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Baik pengambilan suasana, maupun permainan karakternya.
Yang paling menyita perhatian tentu saja adalah karakter Bu Tejo. Bu Tejo yang di dalam filmnya bertingkah julid, nyinyir, dan suka bergosip ini dianggap menggambarkan situasi dan karakter yang sering terjadi di setiap pergaulan masyarakat kita. Bu Tejo pun viral, karakternya muncul di banyak media sosial, meme, juga stiker Whastapp.
Merchandise Bu Tejo Berseliweran di Online
Beberapa orang sigap, langsung memanfaatkan ketenaran Bu Tejo untuk berbisnis. Mereka menjual merchandise mulai dari kaos, tas, dan banyak lagi lainnya. Di beberapa toko online, kaos dengan gambar Bu Tejo lengkap dengan pakaian dan kerudung hijaunya dijual dengan harga mulai dari Rp 55 – 75 ribu.
Menurut keterangan dari si penjual, kaosnya diperuntukan bagi penggemar Bu Tejo dan penggemar meme film tersebut. Kaos distronya bisa dipakai untuk wanita maupun pria dengan ukuran S sampai XL.
Karakternya yang ikonik dan bermulut pedas ini juga ada dalam bentuk tas sling pouch. Pemilik toko juga menambahkan kutipan dari Bu Tejo yang viral “Dadi wong ki mbok sing solutip” di bagian depan tasnya. Tas ini dibanderol dengan harga Rp 99 ribuan.
Bisnis Merchandise Official
Bisnis merchandise memang selalu basah. Asal kita bisa menangkap momen yang tengah booming, dan menuangkannya ke dalam pernak-pernik yang laku jual. Bisnis ini bahkan bisa disiasati dengan modal minim, yaitu dengan membuka sistem pre order seperti yang dilakukan Owner Where the Fans (WTF).
WTF berangkat dengan sistem berjualan pre-order, uang hasil pre-order kemudian diputar kembali sampai ke produksi. Kini pria yang berfokus di official music merchandise ini mampu meraup omzet Rp 10 juta per bulannya.
Ia menggandeng rekannya, Cietta Hendrodjanoe, untuk memperluas bisnisnya. Beberapa musisi ternama sudah bekerjasama dengannya, misalnya penyanyi Raisa. Setelah ada kesepakatan, pihak WTF akan langsung mulai memproduksi merchandise dari si artis seperti kaos dan bantal dengan edisi yang terbatas.
Baca juga : Strategi Viral Marketing, Kupas Tuntas Penerapannya di Dalam Bisnis
Langkah-langkah Memulai Bisnis Merchandise
- Melihat Pentingnya Merchandise Bagi Brand
Bagi sebuah brand, kehadiran merchandise bisa menjadi ajang untuk menarik konsumen baru. Merchandise juga bisa jadi penambah daya tarik sebelum konsumen memutuskan untuk membeli sesuatu. Misalnya ketika ada seseorang yang ingin membeli sabun cuci, mereka biasanya lebih memilih sabun cuci yang berhadiah merchandise piring dibanding lainnya.
- Jenis Merchandise
Terdapat beberapa barang yang bisa dijadikan sebuah merchandise. Pertama adalah kaos. Jenis merchandise ini sangat cocok diberikan saat ada event khusus misalnya acara jalan sehat, perayaan ulang tahun, atau sepeda santai. Topi juga biasanya digunakan sebagai merchandise. Penggunaanya bisa dibarengi dengan kaos.
Selain itu, tote bag juga bisa menjadi pilihan lain. Harganya yang murah membuat tote bag kini banyak dilirik. Belum lagi larangan untuk membawa kantong plastik, membuat tas ini diburu karena dianggap sebagai solusi satu-satunya. Sedangkan pilihan merchandise lain biasanya berbentuk tumbler atau botol minum, alat tulis, dan gantungan kunci.
- Kenali Pangsa Pasar
Setiap jenis merchandise mempunyai pangsa pasarnya masing-masing. Sebelum memutuskan mana yang terbaik, pelajari terlebih dahulu pangsa pasar yang akan dituju. Selain itu, karakter dari konsumen utama dari brand juga bisa menjadi pertimbangan lain.
Misalnya, jika konsumen paling banyak adalah anak-anak. Maka paling tepat, membuat merchandise yang berhubungan dengan anak-anak misalnya mainan atau tempat makan. Sedangkan jika konsumennya adalah pekerja, pilihan merchandise tumbler dan alat tulis bisa menjadi solusi yang baik.
Perlu diingat, merchandise adalah representasi dari keseriusan sebuah brand. Jangan sekali-kali membuat merchandise dengan bahan murahan hanya demi menekan bujet. Sebab, merchandise yang murah bisa memengaruhi persepsi masyarakat terhadap brand tersebut. (Chelsea Venda)
Discussion about this post