MEDIAINI.COM – Meminum teh setiap hari bukanlah hal aneh bagi orang Indonesia. Menurut Indra Karona Ketaren, Ketua Gastronomi Indonesia, masyarakat Indonesia sudah menjadikan minum teh sebagai tradisi turun menurun.
Tradisi minum teh ini awalnya hanya dimiliki kalangan bangsawan, tapi kemudian menjadi kebiasaan masyarakat luas juga pada akhirnya.
Teh pertama kali dikenal pada 1686, yakni ketika warga kebangsaan Belanda, Dr. Andreas Cleyer, membawa tanaman tersebut ke Indonesia sebagai tanaman hias.
Selepas itu, teh pun mendarahdaging di tubuh masyarakat Indonesia. Perkebunan teh membentang dari Sabang sampai Merauke.
Tantangan Bisnis Teh
Meski teh sudah menjadi ramuan yang hampir ada di tiap dapur rumah, namun laju perkembangan bisnis teh sebenarnya memiliki kendala tersendiri. Menurut pendiri Institut Teh Indonesia, Ratna Somantri, teh di Indonesia masih dianggap sebagai minuman yang murah.
Selain itu, masih banyak orang yang belum mengetahui jenis teh berkualitas, serta cara menyeduh yang baik dan benar.
Padahal teh yang berkualitas baik memiliki manfaat yang baik pula. Sementara teh yang tak berkualitas kurang baik, manfaatnya pun kurang optimal. Ironis memang, karena Indonesia yang termasuk penghasil teh, namun masyarakatnya justru tak pernah mengenal daun teh yang berkualitas baik.
Berawal dari keprihatinan akan ini, maka lahirlah pemain teh yang kemudian memunculkan dan mengenalkan teh premium ke hadapan masyarakat luas. Gebrakan itu lumayan sukses. Beberapa tahun terakhir pamor teh semakin naik dan menawarkan potensi keuntungan yang besar.
Potensi Omzet Puluhan Juta
Founder PT Sila Agri inovasi, Redha Taufik Ardias, mengatakan bahwa minuman teh memiliki potensi yang sama seperti kopi yang saat ini tengah menjamur di tanah air. Dia pun ingin membiasakan masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi teh dengan kualitas premium.
PT Sila Agri Inovasi ini fokus pada pengembangan produk teh. Nama produknya adalah SILA yang berasal dari bahasa Sansekerta dengan arti prinsip moral dan nilai dasar. Saat ini produknya sudah memiliki 20 varian teh.
Ragam varian teh ini dikemas dalam beberapa kemasan, yang utamanya kemasan kaleng tabung dan zip pouch. Adapun harga produknya mulai dari Rp 20 ribu sampai Rp 200 ribuan per kemasan tergantung dari tipe kemasan. Saat ini rata-rata omzet Sila sudah berada di angka Rp 60 – 75 juta per bulan.
Daya Tarik Teh Jadi Minuman Kekinian
Meski kopi terlihat bak primadona saat ini, tapi ternyata teh juga tak kalah peminat. Bahkan Founder Indonesia Tea Institute sekaligus pakar teh, Ratna Somantri, memprediksi bahwa nantinya akan semakin banyak orang yang melirik teh sebagai alternatif.
Tren teh menurut dia agak berbeda dengan kopi. Teh bisa diambil dari sisi budaya yang lebih serius sebagai bagian dari pertemuan formal, sebagai minuman specialty, maupun sebagai minuman kekinian. Seperti yang saat ini tengah tren, yakni Taiwanese tea atau bubble tea.
Selain itu, minuman satu ini juga cocok untuk dicampur dengan bahan lain sehingga menghasilkan minuman yang unik. Misalnya matcha yang cocok dipadukan dengan susu, sehingga bisa menjadi alternatif minuman yang tersedia di gerai-gerai minuman kekinian dan mudah didapatkan.
Baca juga : Lima Teh Premium Lokal yang Menawarkan Citarasa Mewah
Prospek Bisnis Teh Artisan
Salah satu kafe di Semarang yang menyediakan artisan teh adalah Pulang Coffee. Pulang Coffee mulai mengenalkan special tea-nya sejak awal Desember 2019.
Ada beberapa varian teh artisan yang bisa dipesan di Pulang Coffee dengan range harga yang ditawarkan mulai dari Rp 23 – 30 ribu. Misalnya varian bliss yang menawarkan sensasi unik dari campuran dari black tea, mangga, dan jeruk
Selain itu, ada serenity yanga adalah campuran dari green tea, ginger, lemon grass, lemon, sama pandan. Sedangkan varian lain ada basamar, winter dan cosmopolitan yang memiliki karakter rasa beda-beda.
“Best seller-nya saat ini adalah cosmopolitan karena ia cenderung lebih manis dari beri-berian dan dicampur mint,” kata Owner Pulang Coffee, Rifqi Abdi Farhan, saat dihubungi Mediaini.com melalui sambungan telepon.
Namun menurutnya artisan teh ini perlu lebih diperkenalkan lagi ke publik, sebab artisan teh masih industri yang baru dibanding kopi yang sudah lebih dulu maju. “Kita lebih educated lagi ke konsumen, kalo di teh itu ada special tea nya juga,” tambahnya.
Rifqi tak menampik, potensi bisnis ini sangat besar jika serius menggarapnya. Dari data di Pulang Coffee, banyak repeat order dari konsumen yang pernah memesan artisan tehnya.
Potensi lain dari teh juga masih banyak yang bisa dikembangkan. “Terlebih di teh, kita mengenal tea story dan juga teh di tiap daerah itu punya karakter, citarasa yang beda-beda. Ini kan sangat menarik untuk dikulik lebih jauh,” tutupnya. (Chelsea Venda).
Discussion about this post