MEDIAINI.COM – Pada 2001 silam, Ratnawati Sutedjo terkena hepatitis A yang membuat kondisi tubuhnya lemas tak berdaya. Sakit itu membuat Ratna berada di titik terendah di hidupnya. Ia merasa menjadi orang yang tidak berguna meski anggota tubuhnya masih lengkap.
Dalam kesakitannya itu, Ratna bernazar, jika ia sembuh ia akan membantu sesama, membantu siapapun yang membutuhkan pertolongan. Berawal dari nazarnya, Ratna kemudian berniat untuk membantu wanita tunarungu yang tinggal di sebelah kantornya terlebih dahulu.
Ia pun bertekad untuk bisa berkomunikasi dengan wanita tersebut. Ia menjalani kelas privat bahasa isyarat dan belajar selama 1,5 tahun. Setelah itu, Ratna mulai mendekati wanita tuna rungu tersebut.
Kepada Ratna, wanita tuna rungu itu mengaku belum memiliki pekerjaan. Mendengar pengakuan itu, Ratna berinisiatif mengajarinya membuat kerajinan tangan sederhana berupa kartu ucapan yang dihias. Karyanya kemudian ia jual ke teman-teman kantornya dan ternyata hasilnya lumayan. Hingga akhirnya Ratna memutuskan berhenti bekerja dan fokus kepada usahanya bersama wanita tuna rungu tersebut.
Lahirnya Precious One
Precious One didirikan Ratnawati Sutedjo untuk memberdayakan penyandang tuli. Yayasan nirlaba yang dibangunnya sejak 2001 ini mengedepankan prinsip “semua manusia sama”. Menurutnya, meski teman-teman disabilitas memiliki kekurangan tetapi mereka juga memiliki kemampuan yang sama dengan orang normal.
Di Precious One, teman-teman disabilitas membuat banyak sekali kerajinan tangan. Di antaranya adalah tas, dompet, tempat tisu, boneka kertas, angpao, tas lipat, dan masih banyak lagi. Saat ini boneka kertas menjadi kerajinan yang paling diminati. Selain itu tas lipat juga diburu peminat karena sekarang sedang gencar-gencarnya kampanye mengurangi sampah plastik.
Menurut Ratna, dalam proses pembelajaran, teman-teman disabilitas tidak mempunyai hambatan yang berarti. Adanya teknologi semakin mempermudah proses belajar. Bahan-bahan yang dipakai juga bahan yang mudah ditemui di rumah seperti kain perca dan botol bekas. Untuk bahan yang sulit ia biasanya membeli di toko kerajinan terdekat.
Precious One juga memiliki beberapa program yang bergerak dalam isu disabilitas seperti Stop Bully Disabilities, Special Day for Special Children, I Can Do, dan Everyone Can Be A Hero. Pekerja Precious One sebagian besarnya adalah penyandang tunarungu, tetapi ada pula yang tunadaksa.
Saat ini Precious One telah bekerjasama dengan beberapa perusahaan terkenal. Misalnya dengan Tirta Private Collection dalam melestarikan batik Indonesia, kemudian ada Astra Daihatsu Motor untuk membuat souvenir VIP dari boneka kertas.
Solidaritas Disabilitas Saat Pandemi
Pada saat awal pandemi, persediaan masker cukup langka, jika ada pun harganya sudah melambung tinggi. Precious One kemudian mencoba memberikan keseimbangan dengan menyetok persediaan masker. Mereka setiap harinya membuat masker dengan bahan kain dan dijual dengan harga yang terjangkau yaitu 5 ribu rupiah per satuannya.
Produk masker Precious One ternyata diminati oleh masyarakat luas. Bahkan, banyak pelanggan yang berdonasi dan mengirimkan masker ini hingga ke Sorong dan NTT dalam jumlah besar. Masker ini diminati karena memberikan kualitas yang baik dengan harga bersahabat.
Selain produksi masker, Precious One juga turut menjadi penyalur donasi dari para tangan dermawan yang ingin membantu perekonomian kaum disabilitas di tengah krisis saat ini. Misalnya seperti penyaluran dana kepada kaum tuna netra dan juga pekerja informal yang sedang kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-harinya. (Chelsea Venda)
Discussion about this post