MEDIAINI.COM – Sejak pandemi virus corona merebak, konsep bekerja dari rumah atau work from home (WFH) telah menjadi kelaziman baru. Banyak perusahaan dari berbagai sektor menerapkan kebijakan WFH untuk melindungi kesehatan para pekerjanya. Namun konsep bekerja dari rumah sebenarnya bukanlah hal baru bagi dunia bisnis.
Dalam 10 tahun ke belakang, konsep ini mulai dipakai di beberapa perusahaan. Saat itu, era usaha rintisan mulai tumbuh. Misalnya saja Piktochart, perusahaan semi-distributed yang memiliki markas utama di Penang, Malaysia. Perusahaan ini sebagian pekerjanya tersebar di beberapa lokasi seperti Amerika Serikat, Argentina, Barcelona, Singapura, Australia dan Jepang. Namun karena penggunaan layanan ini mayoritas di AS, perbedaan waktu antara Malaysia dan AS menjadi masalah yang krusial. Para pekerja di Malaysia sering kali mendapat panggilan kerja di pukul 2 dinihari waktu Malaysia. Hal ini kemudian membuat pendiri Piktochart, Ai Ching, menawarkan bekerja secara remote.
Konsep Bekerja Remote
Bekerja remote merupakan sistem dimana karyawan dapat bekerja jarak jauh, tanpa harus mendatangi kantor setiap hari. Dalam praktiknya, terdapat bermacam-macam pilihan. Ada perusahaan yang menerapkan sistem remote working kepada karyawan secara total dan ada pula yang secara berkala.
Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, kerja secara remote diharapkan dapat menjadi konsep kerja masa depan yang dapat diterapkan di hampir seluruh negara. Remote working tidak memiliki batasan harus bekerja dari rumah, tetapi bisa juga dari co-working atau bahkan di manapun si karyawan tengah berada.
Menurut sumber yang beredar, di Indonesia sendiri sekitar 34 persen pekerja telah menerapkan sistem remote working. Hal ini membuat Indonesia berada di urutan kedua terbesar setelah India yang menerapkan konsep bekerja jarak jauh.
Baca juga : Facebook Mewajibkan Karyawan WFH dan Bekerja dengan Sistem Remote
Mengatur Waktu Bekerja Remote
Sementara itu, tantangan terbesar bagi para pekerja remote adalah masalah waktu. Sistem kerja yang fleksibel dan tidak kaku tak jarang malah membuat beban kerja semakin menumpuk. Maka beberapa tips di bawah ini bisa dipakai untuk menghindari hal tersebut.
Pertama, penting untuk disiplin terhadap jadwal. Buatlah jadwal apa saja yang harus dikerjakan per harinya, tentukan waktu bekerja yang efisien, dan usahakan tidak melenceng dari rencana jadwal agar pekerjaan tidak menumpuk.
Yang kedua, jangan mengiyakan semua proyek di luar batas kemampuan. Terkadang karena terlalu bersemangat dalam bekerja seseorang jadi mau menerima semua tugas yang diberikan. Hal ini sering terjadi pada fresh graduate.
Yang terakhir, tentukan waktu istirahat. Waktu istirahat meski satu jam saja akan sangat berarti. Hal ini bermanfaat untuk menghindari kelelahan pada mata dan otak karena terforsir pekerjaan. Misalnya dengan mengikuti waktu istirahat kantor antara jam 12 – 1 siang.
Keuntungan Bekerja Remote
Keuntungan pertama adalah jam kerja tidak dibatasi. Para pekerja diberi pilihan untuk bekerja dari mana saja dan di jam berapa saja asalkan beberapa aturan tetap terpenuhi. Permasalahan pelik seperti bangun pagi dan macet di jalanan tidak dirasakan oleh pekerja remote. Karena bekerja dari rumah, waktu berkumpul dengan keluarga pun jadi lebih banyak.
Kedua, meminimalisir stres dan pengeluaran tidak terduga. Pekerja kantoran rawan stress, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Misalnya seperti terjebak macet di jalan sebelum sampai di kantor, ritme kerja, sampai suasana kantor yang membosankan. Dengan bekerja secara remote hal tersebut bisa diminimalisir. Selain itu, pengeluaran tak terduga semisal ban bocor dan membeli makan siang bisa ditekan.
Keuntungan ketiga, produktivitas bisa maksimal. Pekerja remote tidak akan menemui suasana kantor yang tidak menentu, dimana terkadang rekan kerja justru merusak konsentrasi dengan memutar lagu yang terlalu keras sampai mengajak mengobrol.
Keuntungan berikut, pekerja akan jauh dari junkfood. Mengutip dari Time, riset dari perusahaan Cloud Computing Connect Solutions menyebut, orang yang kerja dari rumah lebih sehat dari orang yang bekerja kantoran. Hal ini karena orang mereka mempunyai kesempatan lebih banyak untuk berolahraga dan menyiapkan makanan sehat, jauh dari junkfood.
Kerugian Bekerja Remote
Yang pertama, karyawan akan minim bersosialisasi dengan rekan kerja. Tak heran komunikasi yang terjalin pun hanya seputar pekerjaan saja dan tidak mengenalnya secara personal. Hal ini bisa menjadi peluang timbulnya miskomunikasi. Beberapa kasus membuktikan adanya komunikasi yang disampaikan secara langsung dapat lebih efektif dibandingkan komunikasi yang dijalankan hanya melalui perantara teknologi.
Kedua, banyak godaan karena minim pengawasan. Bekerja secara remote menjadikan pekerja minim pengawasan. Sehingga pekerja bisa saja lalai dengan tugas yang diberikan dan malah membuka situs hiburan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap produktivitas pekerjaan.
Ketiga, ada dampak di kehidupan sosialisasi dan kesehatan. Ahli dari Cornell University mendapati pekerja remote working cenderung merasa terisolasi atau kesepian. Perasaan kesepian terkait dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan stroke. Riset lainnya menyebut, isolasi menyebabkan orang mengalami depresi dan gangguan tidur.
Profesor Psikologi dari City College New York and CUNY Graduate Center, Irvin Schonfeld menyatakan pilihan fleksibilitas kerja dari rumah atau di kantor perlu disesuaikan dengan kepribadian dan lingkungan kerja masing-masing. Idealnya, kedua kultur kerja tersebut divariasikan. (Chelsea Venda).
Discussion about this post