MEDIAINI.COM – Tren olahraga lari sudah lebih dulu marak daripada tren gowes yang merebak akhir-akhir ini. Beberapa tahun terakhir bahkan sudah bertumbuhan komunitas lari di kota-kota besar dan kecil di Indonesia. Lari maraton tidak hanya digandrungi kalangan profesional saja tapi juga oleh pelari amatir alias masyarakat biasa. Dari anak-anak hingga usia dewasa.
Banyaknya animo masyarakat akan maraton membuat banyak event lomba lari juga bermunculan. Tidak hanya di dalam negeri, dunia mancanegara juga banyak mengadakan lomba lari maraton yang menawarkan berbagai kekhasan dan sensasi unik masing-masing.
Jenis medan tempuh dalam lomba lari yang ditawarkan beragam, mulai dari road running dengan jalanan aspal, cross-country running dengan landasan rumput, sampai trail running atau lari di alam bebas. Jenis lomba yang terakhir biasanya dilakukan di pegunungan atau perbukitan yang menawarkan pemandangan alam yang sejuk dan menarik.
Dalam perlombaan maraton, ada beberapa kategori yang bisa diikuti. Mulai dari lomba lari maraton 42 km, half-marathon 21 km, 10k, 5k, sampai lomba lari untuk anak-anak sejauh 1 km.
Melihat Peluang Bisnis Lomba Lari
Bertha Gani, pendiri dan Direktur RunID, mengatakan bahwa lomba lari di Indonesia mulai berkembang dalam sembilan tahun terakhir ini. Minat masyarakat terus meninggi meski untuk bisa mengikuti perlombaan, peserta harus merogoh kocek pribadi yang bisa dibilang tidak murah. Mulai dari 100 ribu rupiah sampai jutaan rupiah.
Beberapa lomba lari maraton di Indonesia telah mempunyai penggemar dan selalu dipadati banyak peserta. Sebut saja Maybank Marathon 2019 di Bali dengan peserta sebanyak 11.600 orang dari 50 negara. Jumlah ini naik 10 kali lipat sejak pertama kali diadakan pada 2012. Kemudian Mandiri Jogja Marathon 2019 yang diikuti 7.500 peserta dari sembilan negara, dan Electric Jakarta Marathon 2019 yang diikuti 16.500 peserta. Rata-rata di tiap tahun ada kenaikan jumlah peserta.
Meningkatnya animo masyarakat membuat banyak pihak menganggap lomba maraton sebagai peluang bisnis baru. Peluang mengejar cuan yang cukup menjanjikan. Menurut Bertha, peluang bisnis di lomba lari sangat luas dan memicu efek domino kepada pelaku bisnis lainnya.
Omzet Miliaran dan Efek Domino
Andreas Kansil, pendiri dan Direktur Utama PT Pandara Cipta Sportindo (Pandara Sports), mengemukakan pendapat yang senada dengan Bertha. Andreas bahkan telah mengestimasi omzet yang dapat diperoleh dari perlombaan maraton.
Untuk lomba dengan peserta sebanyak 1.000 hingga 2.000 orang, pihak penyelenggara bisa meraih omzet antara 700 juta hingga 1,5 miliar rupiah. Sedangkan pendapatan full maraton dengan peserta lebih dari 10.000 orang adalah sekitar 5 miliar hingga 10 miliar rupiah. Bertha ikut menambahkan, bahwa nilai omzet lomba lari yang ditangani RunID rata-rata lebih dari 500 juta rupiah.
Belum lagi dengan efek domino yang terjadi. Keuntungan tidak hanya menjadi milik penyelenggara saja tetapi juga perusahaan lain yang ikut menjadi mitra. Mulai dari perusahaan makanan sehat dan minuman olahraga, produk perbankan, asuransi, otomotif, travel, hotel, pakaian, sampai sepatu olahraga.
Selain itu menilik dari potensi mendatangkan banyak orang, ajang perlombaan ini juga jadi dilirik oleh beberapa korporasi. Baik itu untuk kegiatan promosi maupun untuk kegiatan corporate social responsibility (CSR). Hingga 2020, sudah banyak perusahaan yang menggandeng EO untuk menyelenggarakan lomba maraton di kota-kota besar di Indonesia (Chelsea Venda).
Discussion about this post