MEDIAINI.COM – Bisnis kopi di tanah air tidak pernah mati. Pemain-pemain baru dari bisnis ini silih berganti bermunculan. Namun ada perubahan warna yang signifikan di beberapa bulan terakhir.
Jika dulu bisnis kopi hanya dimainkan oleh pelaku-pelaku bermodal besar, kini bisnis kopi justru dirajai pemain bisnis rumahan, dari anak kuliahan hingga ibu-ibu rumah tangga.
Berkat pandemi, berkat anjuran #dirumahaja, konsep “ngopi” di kafe berubah jadi coffee to go alias menikmati kopi di rumah saja.
Perubahan Kebiasaan
Pemain besar seperti pemilik kedai kopi atau kafe memang sedikit surut ke belakang. Hal ini lantaran di masa new normal ini, bisnis mereka mau tak mau harus menyesuaikan diri dengan adanya protokol kesehatan.
Mulai dari memastikan kebersihan kedai secara berkala, menyemprot desinfektan, mengecek suhu karyawan, mewajibkan barista untuk menggunakan hand glove saat bertugas, sampai membatasi jumlah tempat duduk.
Belum lagi, masyarakat atau pelanggan juga mengalami perubahan kebiasaan harian. Yang biasanya bebas melenggang dan duduk berlama-lama di kafe setelah pulang kantor, sekarang membatasi aktivitas di luar rumah demi alasan kesehatan.
Modal Mulai 10 Jutaan
Coffee to go merupakan konsep jualan kopi dengan kedai yang sederhana atau tanpa bentukan kedai sama sekali. Fokus bisnis ini adalah layanan take away, dimana pembeli membeli kopi untuk dibawa sebagai teman perjalanan atau untuk dinikmati di rumah.
Menu favorit dari kedai berjenis coffee to go biasanya adalah es kopi susu kekinian yang dikemas di dalam cup atau botol-botol menarik. Ada coffee latte, cold brew, kopi gula aren, kopi susu, dan masih banyak lagi.
Modal membuat coffee to go jauh lebih murah dibandingkan harus membangun sebuah bangunan kafe. Potensi bisnis inilah yang membuat banyak orang ingin ikut terjun ke bisnis atau investasi di bisnis es kopi kekinian ini.
Salah satu franchise coffee to go, @nyopee.id, bahkan menawarkan paket lengkap kemitraan dengan nilai investasi yang terjangkau, cukup dengan Rp 10 juta – Rp 14 jutaan saja.
Beberapa pelaku bisnis rumahan bahkan menciptakan brand sendiri, mereka tak tertarik bergabung dalam usaha franchise karena memang keterbatasan modal.
Keunggulan Coffee to Go
Konsep coffee to go sebenarnya sudah lahir sebelum Covid-19 datang. Namun tidak dipungkiri, konsep ini semakin dilirik ketika pola kehidupan masyarakat berubah akibat new normal.
Konsep ini memiliki keunggulan karena pembeli tidak harus datang ke kedai kopi, pembeli bisa menikmati kopi dan membawanya ke mana saja. Apalagi kini sudah banyak aplikasi ojek online yang siap mengantar segelas kopi ke tangan pelanggan tanpa perlu repot-repot lagi.
Coffee to go menawarkan konsep kedai yang minimalis, alat-alat kopi yang harus tersedia juga tidak terlalu banyak. Yang paling vital, harus ada mesin espresso. Dari mesin tersebut nantinya bisa membuat berbagai macam varian kopi dengan berbagai bentuk dan rasa.
Selain itu, konsep coffee to go merupakan bisnis yang ramping. Karena penjualannya take away maka tidak membutuhkan modal berupa bangunan dan sumber daya manusia alias karyawan dalam jumlah banyak. Biaya meja, kursi, sewa lahan, sampai desain interior hampir bisa dihilangkan secara maksimal.
Bisnis yang Menjanjikan
Meski ekonomi terguncang akibat pandemi, namun bisnis kopi termasuk bisnis yang tahan banting alias terus berjalan. PT Kopi Sembilan Delapan Indonesia (KSDI), pemilik jaringan kopi 98 dan Syndicate Koffie, mengatakan bisnis kopi merupakan bisnis yang menjanjikan.
Oleh sebab itu mereka tetap berniat melakukan ekspansi. Dalam keterangannya, beberapa kota telah masuk dalam bidikan sebagai sasaran tempat ekspansi seperti Jakarta, Klaten, dan Yogyakarta.
Beberapa pemilik kafe memang harus jalan terus dengan menciptakan inovasi-inovasi baru. Atau mereka akan tersisih oleh bisnis kopi botolan yang digawangi mulai kaum ABG hingga ibu-ibu rumah tangga. (Chelsea Venda).
Discussion about this post