MEDIAINI.COM – Akhir-akhir ini pengayuh sepeda bertebaran dimana-mana. Seiring ditetapkannya new normal atau tatanan kehidupan baru di beberapa daerah, tren gowes tiba-tiba menyeruak.
Hasil survei The Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) menyebutkan bahwa di Jakarta sendiri pengguna sepeda mengalami lonjakan sebesar 10 kali lipat atau setara 1000 persen saat periode pembatasan sosial berskala besar.
Angka tersebut diperoleh dari hasil pengamatan pada Juni 2020 dan dibandingkan dengan hasil di Oktober 2019 saat uji coba jalur sepeda sejauh 63 km.
Bersepeda agaknya menjadi olahraga atau aktivitas pilihan banyak orang untuk melepas rasa penat juga bosan ketika diberlakukannya PSBB. Selain untuk melepas penat, bersepeda juga dijadikan ajang menggenjot stamina tubuh agar tak mudah terpapar virus dan penyakit.
Animo yang tinggi dari masyarakat ini dipicu oleh banyaknya konten berisi aktivitas bersepeda yang dibagikan oleh komunitas atau pegiat sepeda di media sosial.
Penjualan Naik 300 persen
Lonjakan pesepeda tidak hanya terjadi di Jakarta tetapi juga di daerah lain termasuk di Kota Solo. Gencarnya tren sepeda tentu saja membawa keuntungan banyak bagi toko sepeda. Penjualan sepeda di sejumlah toko sepeda di Solo mengalami kenaikan sebesar 300 persen meskipun harga sepeda juga naik setinggi 15 persen.
Salah satu pemilik toko sepeda, Aris (34), mengatakan bahwa penjualan sepeda sebelum tren hanya sekitar lima unit saja dalam satu hari. Setelah tren sepeda populer, penjualan per hari bisa sampai 20 unit. Artinya, penjualan sepeda naik rata-rata 300 persen dalam tiap harinya.
Adapun sepeda yang paling banyak dicari saat ini adalah sepeda gunung atau sepeda lipat dengan rentang harga sekitar Rp 2 juta – Rp 5 juta.
Uniknya Sepeda Kayu Solo
Di tengah euforia sepeda yang terjadi hampir di seluruh pelosok kota dan desa, seorang pria di Kartasura Sukoharjo menciptakan inovasi beda dari yang lain. Ia membuat sepeda dengan bahan kayu bekas.
Teguh Rahayu (49) mengaku memperoleh idenya dari liputan berita di salah satu televisi. Ide itu pun hanya didengarnya sekilas, lantaran ketika telinganya menangkap suara televisi, paparan berita sudah hampir usai. Jadi ia hanya mendengar selintas mengenai pembuatan sepeda dari bahan kayu.
Teguh Rahayu merasa itu ide yang menarik. Maka dengan berbekal imajinasi, ia langsung memutuskan untuk mencoba membuat sepeda dari bahan kayu bekas di kebun rumahnya.
Dia mulai mencari kayu bekas untuk dijadikan sepeda dengan bekal kemampuannya di bidang kerajinan. Kegiatan ini mulai ia tekuni sejak 12 Mei 2019 dan telah menghasilkan tiga sepeda dari kayu bekas.
Menurut pemaparan Teguh, tidak sembarang kayu bisa dibuat dan dirangkai menjadi sepeda. Teguh memilih menggunakan kayu mahoni sebagai bahan baku sepedanya. Kayu mahoni pun hanya yang sudah kering yang bisa dirakit menjadi sepeda.
Teguh mengungkapkan, proses pengerjaan bagian roda sepeda adalah yang tersulit. Ia bahkan bisa menghabiskan waktu lima hari hanya untuk membuat satu roda saja.
Guna memastikan sepeda buatannya layak dipakai, Teguh mencoba mengendarai sepedanya untuk berkeliling Kota Solo. Setelah dirasa sepeda rakitannya aman dan nyaman dikendarai, barulah ia melempar ke pasaran. Pria asal Sukoharjo itu mematok harga Rp 5 Juta untuk satu buah sepeda kayunya. (Chelsea Venda).
Discussion about this post